Pendeteksi Ketinggian Air Menggunakan Transistor
( Berdasarkan Gambar 7.1 Gelombang air laut )
1. Tujuan
- Mampu memahami tentang penggunaan transistor sebagai pendeteksi
ketinggian air
- Mampu mengenali berbagai komponen yang ada pada pendeteksi
ketinggian air yang disimulasikan menggunakan proteus
- Mampu menggunakan proteus dan pengaplikasiannya untuk mendeteksi
ketinggian air seperti pendeteksi ketinggian air
- Mampu merancang rangkaian simulasi pendeteksi ketinggian air tersebut
dan mensimulasikannya pada proteus
2. Alat dan Bahan
Fungsi : Untuk menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik dengan
sistem kerja unlock (tidak mengunci)
Spesifikasi : BTN1, BTN2, BTN3, BTN4
Fungsi : Sebagai penghambat arus listrik
Spesifikasi : R1 100R, R2 100R, R3 100R, R4 100R, R5 100R, R6 100R, R7
100R, R8 100R
Fungsi : Sebagai penguat amplifier, menahan sebagian arus yang mengalir,
dan menguatkan arus dalam rangkaian
Spesifikasi : Q1 BC548C, Q2 BC58C, Q3 BC548C, Q4 BC548C
Fungsi : Sebagai sumber arus listrik dengan menyimpan energi potensial
listrik
Spesifikasi : Battery 1 220V
Fungsi : Untuk melihat adanya arus listrik yang mengalir
Spesifikasi : D1 LED-BIGY, D2 LED-BIGY, D3 LED-BIGY, D4 LED-BIGY
Fungsi : Untuk mengubah sinyal listrik menjadi suara getaran
Speseifikasi : BUZ1
Fungsi : Untuk melindungi komponen lainnya dari kelebihan tegangan,
memperkecil terjadinya penurunan tegangan, dan mengendalikan sirkuit
tegangan tinggi dengan bantuan dari signal tegangan rendah
Spesifikasi : RL1 12V
Fungsi : Sebagai pembangkit listrik, pemutar, dan penyearah arus listrik
Fungsi : Sebagai pencahayaan pada arus listrik yang mengalir
Spesifikasi : L1 220V
3. Dasar Teori
Transistor
Transistor adalah komponen elektronika yang terbuat dari dari bahan semi konduktor jenis N dan jenis P. Transistor memiliki 3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Berdasarkan susunan semikonduktor yang membentuknya, transistor dibedakan menjadi dua tipe, yaitu transistor jenis PNP dan transistor jenis NPN. Untuk membadakan transistor PNP dan NPN dapat dari arah panah pada kaki emitornya. Pada transistor PNP anak panah mengarah ke dalam dan pada transistor NPN arah panahnya mengarah ke luar.
Simbol Transistor :
Bentuk Fisik Transistor :
Fungsi Transistor :
- Penguat Tegangan
- Penguat Arus
- Penguat Daya
- Saklar
- Sensor Suhu
- Regulator tegangan
- Osilator / Pembangkit sinyal
- Modulator Sinyal
Mengenal tipe transistor buatan jepang:
- Tipe 2SA… dan 2SC… biasanya digunakan pada frekuensi tinggi
Contoh : 2SA564 dan 2SC838 - Tipe 2SB… dan 2SD… biasanya digunakan pada frekuensi rendah
Contoh : 2SB507 dan 2SD313
Hal-hal penting mengenai transistor :
- Transistor yang mempunya fisik lebih besar biasanya mampu bekerja pada daya yang lebih besar
- Pada tipe-tipe transistor dikenal adanya persamaan karakteristik,
jadi jika sulit mendapatkan sebuah transistor cobalah mencari
persamaannya
- Urutan kaki transistor antara tipe satu dengan yang lain tidak selalu sema.
- Untuk pemakaian dengan daya yang tinggi sebaiknya tambahkan pendingin pada bodi transistor.
- Panas yang berlebih pada transistor dapat berakibat kerusakan transistor.
- Pada transistor dikenal istilah HFE, yaitumenunjukkan besarnya penguatan arus dari transistor tersebut
- Tegangan antara basis (B) dan emitor (E) besarnya selalu tetap,
yaitu berkisar antara 0.6Volt untuk jenis transistor dari bahan silikon.
- Untuk bisa bekerja, sebuah transistor memerlukan bias sekitar
0.6Volt untuk jenis silikon. Pada transistor PNP basis harus lebih
negatif 0.6Volt dan pada transistor NPN basis harus lebih positif
0.6Volt.
Woollard (1993: 70) menyatakan bahwa transistor merupakan alat dengan
tiga terminal seperti yang diperlihatkan oleh simbol sirkit pada gambar
1. Setelah bahan semikonduktor dasar diolah, terbentuklah bahan
semikonduktor jenis P dan N. Walaupun proses pembuatannya banyak, pada
dasarnya transistor merupakan tiga lapis gabungan kedua jenis bahan
tadi, yaitu NPN atau PNP.
Simbol sirkit kedua jenis transistor itu hampir sama. Perbedaannya terletak pada arah tanda panah di ujung emitter,
seperti yang telah diketahui, arah tanda panah ini menunjukkan arah
aliran arus konversional yang berlawanan arah dalam kedua jenis tadi
tetapi selalu dari jenis P ke jenis N dalam sirkit emitter dasar.
Gambar 1 Bentuk nyata transistor
Transistor NPN
Menurut Woollard (1993: 70) Kolektor dan emitter merupakan bahan N dan
lapisan diantara mereka merupakan jenis P. Pada mulanya diperkirakan
bahwa transistor seharusnya bekerja dalam salah satu arah, ialah dengan
saling menghubungkan ujung-ujung kolektor dan emitter karena mereka
terbuat dari jenis bahan yang sama. Namun, hal ini tidaklah mungkin
karena mereka tidak berukuran sama. Kolektor berukuran lebih besar dan
kebanyakan dihubungan secara langsung ke kotaknya untuk penyerapan
panas. Ketika transistor digunakan hampir semua panas yang terbentuk
berada pada sambungan basis kolektor yang harus mampu menghilangkan
panas ini. Sambungan basis emitter hanya mampu menahan tegangan yang
rendah.
Operasi dalam arah balik dapat dijalankan tetapi tidak efisien,
sehingga tidak sesuai dengan metode hubungan praktis karena sangat
sering merusakkan alat. Pada umumnya transistor dianggap sebagai suatu
alat yang beroperasi karena adanya arus. Kalau arus mengalir ke dalam
basis dan melewati sambungan basis emitter suatu suplai positif pada
kolektor akan menyebabkan arus mengalir diantara kolektor dan emitter.
Dua hal yang harus diperhatikan pada arus kolektor adalah :
1. Untuk arus basis nol, arus kolektor turun sampai tingkat arus kebocoran yaitu kurang dari 1 mF dalam kondisi normal (untuk transistor silikon).
2.
Untuk arus basis tertentu, arus kolektor yang mengalir akan jauh lebih
besar daripada arus basis itu. Arus yang dicapai ini disebut hFE, dengan
dimana, iC = perubahan arus kolektor
iB = perubahan arus basis
hFE = arus yang dicapai
Transistor PNP
Transistor PNP beroperasi dengan cara yang sama dengan piranti NPN.
Gambar dibawah ini akan memperlihatkan suatu transistor PNP yang dibias
untuk beroperasi dalam mode aktif. Disini tegangan VEB
menyebabkan emitter tipe P potensialnya lebih tinggi dari basis tipe –N,
sehingga persambungan basis emitter menjadi bias maju. Persambungan
kolektor basis dibias balik oleh tegangan VBC yang menjaga
basis tipe-N berpotensial lebih tinggi dibandingkan kolektor tipe-P.
Tidak seperti transistor NPN, arus dalam piranti PNP terutama disebabkan
oleh lubang yang diinjeksikan dari emitter ke dalam basis sebagai
tegangan bias maju VEB. Karena komponen arus emitter yang
disebabkan elektron yang diinjeksikan dari basis ke emitter dijaga agar
kecil dengan menggunakan basis doping ringan, sebagian besar arus
emitter disebabkan oleh lubang. Elektron yang diinjeksi dari basis ke
emitter menghasilkan komponen dominan arus basis iB1.
Demikian juga lubang yang diinjeksi ke dalam basis akan berkombinasi
dengan pembawa mayoritas dalam basis (elektron) dan hilang. Hilangnya
elektron basis harus diganti dari rangkaian luar yang menimbulkan
komponen kedua arus basis iB2. lubang-lubang yang
berhasil mencapai batas daerah pengosongan persambungan basis kolektor
akan tarik oleh tegangan negatif pada kolektor. Jadi lubang-lubang ini
akan disapu melintasi daerah pengosongan ke dalam kolektor dan timbul
sebagai arus kolektor.
Karakteristik Operasi Transistor
Karakteristik operasi tiap transistor yang menyatakan spesifikasinya
tidak boleh dilampaui. Lembaran data memberikan nilai-nilai penting,
beberapa diantaranya diberikan dibawah ini dan diperlihatkan pada gambar
2.
VCBO = tegangan basis kolektor maksimum (kolektor +ve)
VCEO = tegangan emitter kolektor maksimum (kolektor + ve)
VEBO = tegangan basis emitter maksimum (emitter + ve)
Ptot = total daya yangdiperlukan oleh transistor.
Transistor Sebagai Saklar
Menurut Barry Woollard (1993: 73) mengatakan bahwa jika arus basis IB nol, arus kolektor IC akan menjadi arus kebocoran yang rendah dan tegangan yang melalui resistor muatan RL akan sia-sia. Oleh karena itu:
VCE ≈ VCC tegangan suplai
Kalau jumlah nominal IB kecil, IC akan sama dengan hFE IB dan tegangan yang melalui RL, akan menjadi:
VR = ICRL
dan VCE = VCC - ICRL
Naiknya IB akan menyebabkan IC naik terus hingga mencapai titik ICRL ≈ VCC, yaitu ketika IC tidak dapat naik lagi, meski IB tetap naik.
Pada titik ini transistor dikatakan mendapat aliran secara keras, sampai ke dasar atau sarat, dan tegangan VCE disebut VCE sarat
tegangan output yang sarat. Biasanya tegangan ini sebesar 0,2 Volt
untuk transistor silicon serta dapat sekecil beberapa puluh milivolt,
tetapi tidak lebih dari 0,3 Volt.
Contoh: Diketahui sebuah transistor mengatur beban 0,5A dengan suplai d.c. 12V
1. Ketika transistor itu OFF (mati) :
Anggaplah IC = 1µA yaitu hanya sebesar arus kebocoran.
VCE ≈ VCC = 12V.
Oleh karena itu, pemakaian daya oleh transistor,
P = VCE x IC
= 12 x 1
= 12µW.
2. Ketika transistor itu ON (hidup) :
IC = 0,5 A.
VCE = VCC sarat
≈ 0,2 V.
Oleh karena itu, pemakaian daya oleh transistor,
P = VCE x IC
= 0,2 x 0,5
= 0,1W
3. Ketika transistor itu baru bekerja setengah jalan:
IC = 0,25 A.
VCE = 6 V.
Oleh karena itu, pemakaian daya oleh transistor,
P = VCE x IC
= 6 x 0,25
= 1,5 W.
Kalau daerah pemakian daya ditengah dapat dilalui dalam waktu singkat,
transistor itu akan bekerja baik dengan daya ON dan OFF. ekstrem yang
rendah, dan segalanya akan berjalan lancar. Akan tetapi arus beban tidak
boleh melebihi IC (max).
Menurut Owen Bishop
(2004: 72) mengatakan bahwa rangkaian saklar transistor memanfaatkan
fitur terpenting dari sebuah transistor BJT-gain. Terdapat lebih dari
satu definisi untuk gain yang akan merujuk untuk gain arus sinyak kecil
(Small Signal Current Gain). Gain tidak memiliki satuan. Gain hanyalah
sebuah bilangan, karena besaran ini merupakan hasil dari pembagian arus
dengan arus. Gain sebuah transistor BJT
yang tipikal adalah 100. Rangkaian dibawah ini digunakan untuk
memperlihatkan dan menjelaskan secara sederhana konsep gain transistor.
dimana : IC = arus kolektor
IB = arus basis
RB = hambatan basis
RC = hambatan kolektor
VCC = tegangan input
Denyut sulut (Tringger Pulse) perlu setinggi :
VB = IB RB + 0,6 V
Selama ada denyut masukan, pada dioda B-E terukur ada tegangan terbalik.
Cara kerja rangkaian pendeteksi ketinggian air menggunakan transistor. Pertama, arus akan
akan dialirkan dari baterai yang berfungsi sebagai supply dan memiliki tegangan sebesar
220V.Setelah itu, arus akan dialirkan ke Button yang berfungsi sebagai pengatur arus listrik
yang masuk atau tidak dan terdiri atas 4 buah. Kemudian arus akan dialirkan menuju
Resistor yang dimana saat arus melewatinya akan mengalami pengurangan arus dan terdiri
atas 8 buah. Selanjutnya, arus akan menuju ke komponen BC548C yang berfungsi sebagai
transistornya.
Setelah itu, arus akan mengalir ke Buzzer yang dimana ia akan mengubah sinyal listrik
menjadi getaran. Kemudian, arus akan mengalir ke Relay yang berfungsi sebagai pengatur
kemampuan alat listrik yang lain untuk menerima arus. Terakhir, arus akan mengalir
menuju ke LED untuk memberikan tanda sebagai penanda arus yang mengalir dan disaat
itu Lamp dan Alternator menjadi bergerak. Tetapi, saat keempat LED nya hidup, maka
Relay akan memutuskan arus yang mengalir dan Lamp pun menjadi mati. Hal ini
disebabkan karena arus yang diterima oleh Relay melebihi batas.
- Foto Rangkaian Simulasi
- Video Simulasi Rangkaian
Download Foto Komponen Rangkaian Simulasi
Download Foto Rangkaian Simulasi
Download Video Simulasi Rangkaian
Download Library Sensor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar